SATU KOMANDO, Pandeglang Banten – Keberadaan Bangunan Shelter Tsunami di Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang, yang terkesan tak terawat diduga kerap menjadi tempat atau lokasi maksiat terutama di malam hari, Selasa (8/2/2022).
Padahal bangunan tersebut merupakan Shelter atau hunian darurat untuk evakuasi warga bilamana terjadi tsunami. Namun menurut warga setempat ketika tsunami terjadi Tahun 2018, shelter itu pun tak berfungsi. Bahkan ketika itu, banyak warga yang enggan masuk ke shelter tersebut, entah karena kondisi kontruksi bangunan atau karena lebih memilih lokasi lain sebagai tempat evakuasi.
Baru – baru ini, sebuah Organisasi Masyarakat (Ormas) Patriot Pemersatu Banten Nasional Indonesia (PPBNI) yang lebih akrab disebut Satria Banten melakukan perbaikan dan perawatan sekaligus turut memelihara gedung shelter tersebut agar lebih bermanfaat bagi masyarakat.
Tokoh masyarakat Labuan dan sekaligus sebagai penasehat DPAC PPBNI satria Banten Kecamatan Labuan H Bandi mengatakan,” Ya kami saat ini tengah merenovasi lantai yang bocor. Dan untuk sementara kami juga menutup pintu masuk ke bagian lantai yang tengah dalam pekerjaan perbaikan.
Lanjut Ia, dengan kehadiran Ormas PPBNI yang mau melakukan renovasi bangunan tentu harus mendapat apresiasi dari Pemerintah maupun masyarakat. Karena selain menggunakan anggaran swadaya, PPBNI juga ikut siaga membantu masyarakat bilamana terjadi musibah bencana alam,” ujarnya.
“Selain itu PPBNI juga turut mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat bilamana terjadi bencana.Yang paling utama adanya Ormas PPBNI berada di Shelter ini dapat meminimalisir kegiatan negative para remaja yang kerap menggunakan shelter sebagai lokasi mereka.
Bandi kembali menegaskan, tidak ada niatan tidak baik dari PPBNI Satria Banten berada di Shelter Tsunami. Justru keberadaannya dapat membantu pemerintah dalam menyampaikan sebuah informasi kepada masyarakat,” jelasnya.
Sementara Bidang Hukum DPC PPBNI Satria Banten, Andang Suherman, menyinggung soal anggaran pembangunan Shelter yang informasinya menghabiskan Rp.18 Miliar, yang diduga tidak sesuai dengan kondisi fisik bangunan yang ada saat ini.
Lanjut Andang,” Kalau saya menyayangkan kondisi bangunan Shelter yang terkesan mangkrak seperti itu. Padahal bangunan Shelter telah menghabiskan anggaran sangat besar, seharusnya dengan anggaran sebesar tersebut fisik bangunannya harus terlihat kokoh dan megah tidak seperti yang kita lihat saat ini,” cetus Andang.
Masih Andang,” Apakah bangunan itu ada anggaran pemeliharaan atau memang tidak ada. Ini perlu kita pertanyakan nanti terhadap pihak yang berkompeten.
“Coba nanti kita berkirim surat pertanyakan soal itu, apakah ke Kementrian PUPR atau melalui BPBD Kabupaten Pandeglang,” pungkas Andang.
(Sugiarto)