Sudah 4 Hari, Debat Beda Data Deforestasi Mahfud MD Vs Menteri LHK Masih Lanjut

Satukomando.com – Debat perbedaan data deforestasi di Indonesia antara Cawapres nomor urut 3 Mahfud MD dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya masih terus berlangsung selama 4 hari sejak Minggu (21/1) sampai Rabu (24/2) ini.

Perdebatan keduanya berawal dari pernyataan Mahfud yang menyatakan dalam 10 tahun terakhir terjadi deforestasi 12,5 (juta) hektare hutan di Indonesia dalam debat cawapres Minggu (21/1) lalu. “Itu jauh lebih luas dari Korea Selatan dan 23 kali luasnya Pulau Madura,” ujar duet Capres Ganjar Pranowo yang juga Menko Polhukam itu di atas podium.

Namun, Menteri Siti langsung membantah data koleganya di Kabinet itu. Menurut dia, angka tertinggi deforestasi terjadi pada 2015 mencapai 1,09 juta hektar akibat El Nino besar.

Siti secara detail menambahkan pada 2013 angka deforestasi di Indonesia mencapai 730 ribu hektar, 2016 jadi 630 ribu hektar, 2017 jadi 480 ribu hektar, dan 2018 sebanyak 440 ribu hektar.

Pada 2019, karena El Nino, Siti Nurbaya menyebut deforestasi menjadi 460 ribu hektar. Kemudian pada 2022, menjadi hanya 104 ribu hektar. Adapun angka deforestasi pada 2022 diklaimnya menjadi terendah sejak 20 tahun terakhir.

“Bagaimana bisa jumlahnya 10 tahun 12 juta. Saya ingin kasih tahu, dan sebetulnya di 2022 itu angkanya kira-kira 104 ribuan hektar. Itu angka terendah sejak 2003, 20 tahun jadinya,” katanya, Senin (22/1) lalu.

Menanggapi bantahan Menteri LHK, Mahfud mengatakan perbedaan data deforestasi yang disampaikannya dengan data yang disampaikan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, adalah cara membaca data. Menurut dia, data yang disampaikannya dan yang disampaikan Siti Nurbaya sama-sama benar, tetapi itu merujuk data deforestasi netto.

“Memang betul, bukan kesalahan, perbedaan membaca data, yang disampaikan Bu Siti Nurbaya itu adalah deforestasi netto. Data yang ada di KLHK dan BPS, itu yang memang ada di situ. Sedangkan, data yang saya baca adalah data dari Global Forest Watch, dunia,” kata Mahfud di Jakarta, Selasa (23/1).

Mahfud menerangkan Global Forest Watch memotret hilangnya atau tutupan hutan dalam waktu tertentu. Sedangkan, deforestasi netto itu merupakan deforestasi bruto dikurangi reforestasi, sehingga sisanya seperti yang dikatakan Menteri LHK.

Cawapres nomor urut 3 Mahfud Md berikan keterangan kepada wartawan di Rumah Pemenangan Mahfud, Jalan Teuku Umar 9, Jakarta Pusat, Selasa (23/1/2024). ANTARA/Fianda Sjofjan Rassat

Kembali tidak terima dengan pernyataan Mahfud, Menteri Siti menegaskan kementeriannya telah melakukan langkah pengkajian metodologi data deforestasi Indonesia yang tercatat oleh Global Forest Watch. Menurutnya, data deforestasi Global Forest Watch yang diungkit Mahfud tidak menggambarkan kondisi nyata di lapangan.

“Global Forest Watch yang dipuja-puja itu metodologinya sedang kami telaah bersama-sama. Saya sejak 2017 sudah mengikuti itu,” kata Siti kepada media, Rabu (24/1).

Siti menegaskan deforestasi jutaan hektare yang dicatat oleh Global Forest Watch tidak sesuai fakta di lapangan. Global Forest Watch, lanjut dia, menggunakan metodologi bahwa setiap pohon yang jatuh dianggap deforestasi. Kemudian, interpretasi pengambilan data menggunakan satelit.

Menurut Siti, apabila memakai satelit yang berbasis mesin, maka warna hijau gelap dan kasar diinterpretasikan sebagai hutan, padahal bukan. Dia menambahkan kasus salah interpretasi satelit itu pernah dialami Indonesia.

“Pada satelit terlihat hijau gelap dan setelah diperiksa ke lapangan ternyata perkebunan pisang. Saya dulu sekolah, tidak bisa kalau tidak dicek ke lapangan,” tutup Menteri Siti. *

Sudah 4 Hari, Debat Beda Data Deforestasi Mahfud MD Vs Menteri LHK Masih Lanjut

Eksplorasi konten lain dari SATU KOMANDO

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan

Kembali ke Atas